Welcome, Guest Login|Sign Out

Komposer Produktif

[postlink] http://d-dors.blogspot.com/2010/08/komposer-paling-produktif.html[/postlink] endofvid
[starttext]

HATIKU SEPUTIH GAUNMU
Oleh Deddy Dores

Ternyata keras hatiku luluh juga
Hatiku memang bukannya pualam
Telah kucoba hidup sendiri
Tanpa ada cinta di hatiku

Dinginnya hatimu saat itu
Mungkin hatimu telah terluka
Ingin kubalut dengan kasihku
Setulus cinta dalam hatiku

REFREIN

Simpan hatiku sayang
Rindu-rindu untukmu
Putihnya hati ini seputih gaunmu
Jangan sampai ternoda

Mestinya sebening kaca
Selembut kain sutra
Jangan sampai tergoda
Jangan sampai ternoda

Bunga cinta di hatiku
Akhirnya, hatiku ini luluh juga
Sekian lama kupalingkan cinta
Kini bayangmu datang di sini
Rindu rindu s'lalu menggebu

[kembali ke REFREN]


Malam-malam, kalau tidak bisa tidur, saya biasa mampir ke warnet di kawasan Sedati Agung, dekat Bandara Juanda. Warnet ini buka 24 jam. Ada minuman ringan, kadang saya bawa kopi sendiri. Ya, tambah gak bisa tidur! Yang menarik, anak-anak muda [20-an tahun] penjaga warnet suka memutar lagu-lagu lawas, khususnya Deddy Dores.

Diputar berulang-ulang. "Soalnya enak untuk hiburan larut malam. Kalau nyetel lagu-lagu sekarang kok kurang cocok, Mas," kata si penjaga warnet. Dia juga putar lawakan ala ketoprak Jawa Timur. Konyolnya minta ampun!

HATIKU SEPUTIH GAUN, lagu karya Deddy Dores, ini termasuk favorit pengguna warnet di Sedati itu. Saya sendiri suka karena punya kenangan khusus. Dulu, saya pernah ikut lomba menyanyi duet dengan cewek, dengan lagu wajib itu. Hatiku Seputih Gaunmu. Lagunya melankolis, mendayu, melodius, khas irama sebelum 1990-an. "Putihnya hati ini seputih gaunmu, jangan sampai ternoda," begitu syair Kang Deddy Dores. Ah, rayuan gombal pemuda 1980-an. Hehehe .....

Maka, saya pun tergerak mengisi blog ini dengan sedikit catatan tentang Deddy Dores, si laki-laki berkacama mata hitam. "Saya sudah berkecimpung di dunia musik selama tiga dekade lebih. Macam-macam band, jenis musik, saya ikuti. Yah, dunia musik itu ibarat kehidupan manusia: ada naik turunnya, kadang di atas kadang di bawah. Dan industri musik itu akan terus berputar," ujar Deddy Dores di Surabaya beberapa waktu lalu.

Tak banyak yang tahu bahwa Deddy Dores ini di awal kariernya bergabung dengan rock band. Bahkan, pernah tercatat sebagai personel God Bless, grup rock legendaris. Main keyboard, instrumen yang sangat dikuasainya selain gitar. God Bless dikenal sebagai grup panggung. Rekaman nomor dua. Nah, Deddy Dores ini memperkuat God Bless formasi awal ketika masih gonta-ganti personel. Dari God Bless, Kang Deddy juga bermain untuk grup rock lain seperti Super Kid. Tapi memori masyarakat Indonesia, khususnya di kawasan timur, khususnya di Flores, lebih mengenal Deddy Dores sebagai pencipta lagu melankolis 1980-an.

Produktivitas menulis lagunya memang luar biasa. Dalam sehari dia bisa bikin belasan lagu. Masuk studio, tanpa persiapan, Deddy Dores dengan mudahnya membuat lagu untuk penyanyi-penyanyi yang hendak diorbitkan. Kalau saja waktu itu sudah ada Museum Rekor Indonesia alias Muri, mungkin sudah lama Deddy Dores tercatat sebagai penulis lagu pop [komposer] paling produktif di Indonesia.

Iklim industri musik sekarang tampaknya tidak memungkinkan lagi komposer bisa bikin lagu sebanyak Deddy Dores. Nama Deddy Dores melejit keras seiring kejayaan JK Recods pada 1980-an.

Judhi Kristiantho, bos JK Records, mengajak Deddy Dores untuk menulis lagu-lagu pop manis untuk artis-artis yang akan diorbitkan. Tentu saja, gaya lagunya harus sesuai dengan genre JK. Karena suaranya bagus--dibandingkan Pance F. Pondaag atau Obbie Messakh--Deddy Dores sering diminta berduet dengan artis-artis JK. Sebut saja Ria Angelina atau Lidya Natalia, sukses! Maksudnya laku keras. Judhi Kristiantho pun mengajak Deddy Dores untuk rekaman.

Saya masih ingat lagu-lagu Deddy Dores--yang dinyanyikan sendiri--tersebar luas di Flores Timur. Di mana-mana dipakai untuk latihan main gitar di pinggir jalan. Lagu ini paling populer di Larantuka, Flores Timur, pada pertengahan 1980-an:

"Malam ini aku sendiri lagi
Kucoba melupakan bayanganmu
Aku memang tak pantas untukmu
Tak pernah ada cinta di hatimu .... "

Sukses bersama JK Recods membuat pengusaha-pengusaha rekaman lain tertarik untuk memakai jasa Deddy Dores. Dia bikin lagu sekaligus mengorbitkan TWIN SISTER [Dagmar dan Doris]. Dua nona manis ini cukup berhasil. Bahkan, saya dengar-dengar Deddy Dores menikahi salah satu personel TWIN SISTER. Belakangan bercerai pula. Corak lagu TWIN berbeda dengan artis JK. Ah, .... hebat benar Kang Deddy beradaptasi dengan produser lain.

Kemudian Deddy Dores juga berhasil mengangkat Nike Ardilla sebagai penyanyi populer Indonesia. Lagunya yang masih saya kenang BINTANG KEHIDUPAN dan SEBERKAS SINAR. Corak lagu-lagu Nike pun jauh berbeda dengan lagu-lagu JK meski tetap bertempo sedang. Ada distorsi gitar di sana-sini. Hentakan drum sangat khas Deddy. Nike Ardilla, almarhumah, pun dikenang sebagai penyanyi slow rock.

Lalu, masih banyak lagi penyanyi yang menjajal peruntungan dengan lagu-lagu Deddy Dores. Ada yang sukses, setengah sukses, tapi lebih banyak yang gagal. Deddy Dores sendiri masih merilis album the best atau the greatest hits. "Ada sih pembelinya, tapi nggak banyak. Deddy Dores itu punya penggemar sendiri lho," kata Reni, penjaga toko kaset/CD di kawasan Gedangan.

Tahun 2000, industri musik pop Indonesia berubah drastis. Label asing bermodal raksasa masuk. Sistem rekrutmen penyanyi sudah lain sama sekali. Dulu produser mengajak nona-nona manis masuk dapur rekaman, lalu dibuatkan lagunya oleh para pencipta lagu macam Deddy Dores, Rinto Harahap, Obbie Messakh, Dian Pramana Putra, atau Oddie Agam. Sekarang yang berjaya justru band-band remaja. Band-band pemula itu kirim rekaman--lagunya ditulis sendiri, aransemen sendiri--ke label untuk dipertimbangkan. Jika dirasa laik pasar, ya, direkam di major label. Produser juga melirik band-band jawara festival musik. Dengan pola begini, komposer-komposer senior macam Deddy Dores kehilangan pekerjaan. Kemampuan menulis lagi sih, tetap prima, tapi gaya musik sudah jauh berbeda. Anak-anak muda kelahiran 1980-an ke atas tidak bisa menerima gaya Deddy Dores dan kawan-kawan. Apa boleh buat, Deddy Dores cs pun tidak bisa berkiprah lebih banyak di dunia musik kita. "Tapi saya percaya dengan siklus kehidupan. Ada saatnya di atas, ada saatnya di bawah. Suatu saat, ya, musik-musik kami disukai kembali. Biasa sajalah," tegas Deddy Dores.

Di usia yang tak lagi muda, kegiatan Deddy Dores saat ini lebih banyak di luar studio. Dia pernah bikin organisasi bernama Spaindo--Suara Perjuangan Artis Indonesia. Organsiasi ini bertujuan mengangkat derajat seniman Indonesia. Kenapa? "Selama ini seniman termasuk golongan masyarakat kelas tiga di bawah birokrat dan pengusaha," ujarnya.

Kang Deddy juga aktif memerangi pembajakan kaset/CD/VCD yang sangat marak di Indonesia. Andai saja pembajak-pembajak itu tidak ada, dan sistem royalti di industri musik kita berjalan baik, bisa dipastikan Deddy Dores menjadi salah satu artis kaya. Bukankah lagu-lagu karyanya tak terbilang banyaknya? Tapi, sudahlah, hidup itu ibarat roda pedati! Selalu ada naik turunnya!

[Dari Lambertus Hurek - BLOG ORANG KAMPUNG]


[endtext]
Kecuali artikel, situs ini tidak menyimpan file Video clip apapun pada server. Kami hanya meng-indeks dan menghubungkannya dengan konten yang disediakan oleh situs lain. Jika Anda ragu atau curiga atas keabsahan isi konten, harap jangan ragu-ragu untuk menghubungi kami DI SINI - Terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))