Welcome, Guest Login|Sign Out

Giant Step - Decisions

[postlink] http://d-dors.blogspot.com/2010/08/giant-step-decisions-1976.html[/postlink] http://www.youtube.com/watch?v=9nGLT5JzQncendofvid
[starttext]
Bubarnya Sharkmove tidak membuat hasrat seorang Benny Soebardja bermusik surut, tetapi justru memicunya untuk membuat group baru bernama “Giant Step” dengan membawa seorang personil ex-Sharkmove yaitu Sammy Zakaria di tahun 1973.

Adapun formasi pertama Giant Step adalah Benny Soebardja (gitar), Deddy Sutansyah (bass), Sammy Zakaria (drum) dan Yongkie atau Jocky Soerjoprayogo yang baru saja cabut dari Godbless (keyboard). Nama Giant Step sendiri, menurut Benny, diambil dari sebuah stiker yang menempel di bungkus gitar milik Remy Sylado. Ceritanya, Benny, Yockie Soeryoprayogo, Deddy Stanzah (mantan Rollies), dan Sammy Zakaria (mantan drummer Shark Move) pada tahun 1973 hendak manggung di kampus ITB. Namun, ketika itu belum ada nama untuk band mereka.

Lalu Benny yang melihat stiker itu langsung mengusulkan nama Giant Step. Dan sejak itu Giant Step, yang dimanajeri Gandjar Suwargani (pemilik Radio OZ Bandung), secara resmi diproklamasikan.

Di awal kariernya Giant Step lebih banyak membawakan lagu-lagu milik Emerson Lake and Palmer (ELP). Ketika Giant Step berusaha eksis dengan formasi perdananya, tetapi tidak lama kemudian pada tahun 1974 dengan tidak disangka-sangka, Yockie, Sammy Zakaria dan Deddy Stanzah keluar dari Giant Step maka formasi Giant Step mengalami perubahan karena Yockie hengkang dan bermigrasi ke Malang membuat group band Double Zero, maka kedudukannya diganti oleh Deddy Dores yang pulang kampung selepas dari Godbless, begitu juga dengan Deddy Sutansyah diapun cabut dari Giant Step dan digantikan oleh Adhy Haryadi dari Menstreal Medan.

Kemudian posisi Sammy Zakaria digantikan oleh Janto Sudjono ex Drummer Harry Rusli. Janto bisa di katagorikan sejajar dengan Fuad Hassan dari kehebatan permainannya namun rovel rovelnya lebih rapih dan terarah sebagaimana puji Martha Burhan dari majalah musik TOP. Dengan formasi barunya, Giant Step masih membawakan lagu-lagu milik orang lain tetapi tidak Emerson Lake and Palmer saja, melainkan mulai merambah membawakan lagu-lagu Deep Purple dan pengaruh Gentle Giant mulai terasa.

Formasi ini diuji coba pada peringatan 100 hari meninggal Soman Lubis dan Fuad Hassan di Istora Senayan pada tahun 1974, pada saat itu yang tampil adalah Godbless formasi baru dan Giant Step. AKA yang direncanakan datang, absent saat itu. Penulis sendiri menyaksikan acara itu.

Pada tahun 1975 Giant Step memulai era bermusiknya dengan menampilkan double guitarist dengan masuknya “Albert Warnerin” gitaris dari Gang Of Harry Rusli”.

Dengan formasi ketiga ini, Giant Step mulai aktif menciptakan lagu dan konser-konser di berbagai kota. Album pertama Giant Step dirilis dipenghujung tahun 1975 dengan judul “Giant Step Mark-I″ dibawah label Lucky Record. Lewat album perdananya, Giant Step mampu mengukuhkan namanya menjadi salah satu supergroup band Indonesia yang sejajar dengan Godbless, AKA atau SAS seperti pendapat Martha Burhan yang sangat mengagumi Giant Step saat itu!

Giant Step Mark-I menciptakan lagu lagunya sendiri dengan karakter khusus, lagu lagu mereka antara lain: Childhood And The Seabird, Keep a smile, Far Away, Forfunate Paradise, My Life, dll, dengan selipan beberapa lagu yang mellow yang dipersiapkan oleh Deddy Dores sebagai pakarnya.

Giant Step baru melahirkan komposisi yang sungguh-sungguh bernuansa musik rock progresif pada album kedua, ketiga, dan keempat, yaitu Giant On The Move! (1976), Kukuh Nan Teguh (1977), dan Persada Tercinta (1978). Semua lagu, baik lirik maupun musiknya, yang terdapat dalam ketiga album itu tergolong berani. Pasalnya, mereka sama sekali tidak berkompromi dengan selera pasar yang ketika itu masih didominasi lagu-lagu pop cinta remaja ala The Mercy’s dan Favourites Group. Lagu-lagu yang terdapat di album Giant On The Move! bahkan semua liriknya ditulis dalam bahasa Inggris. Mereka mengangkat tema-tema sosial dan politik serta lingkungan, seperti Liar, Decisions, Waste Time, dan Air Pollution.

Di album ini formasi Giant Step mengalami perubahan, di mana posisi Deddy Dores (yang keluar karena membentuk Superkid dengan Jelly Tobing dan Deddy Sutansyah) digantikan oleh Triawan Munaf dan posisi Yanto Sudjono digantikan oleh Haddy Arief. Triawan dan Haddy adalah mantan anggota Lizard, salah satu band rock Bandung yang pernah mendukung proyek solo Benny dalam album Benny Soebardja & Lizard (1975).

Masih dengan formasi yang sama, pada tahun 1977 Giant Step merilis album Kukuh Nan Teguh yang, berbeda dengan album sebelumnya, berisi 11 lagu berlirik Indonesia. Di album ini pula untuk pertama kalinya mereka memasukkan unsur lagu tradisional dan dua lagu instrumental (Dialog Tanya dan Dialog Jawab), yang sekaligus menunjukkan kepiawaian para personelnya, khususnya raungan gitar Albert, menurut Riza Sihbudi permainan keyboard Triawan yang untuk masa itu bisa dibilang luar biasa.

Kendati sangat dipengaruhi band-band progresif luar, musik Giant Step sesungguhnya lebih orisinal. Itu setidaknya jika dibandingkan dengan God Bless, yang sempat mengambil potongan lagu Firth Of Fifth karya Genesis di lagu Huma Di Atas Bukit.

Nama Giant Step memang tidak sefenomenal dan melegenda seperti halnya God Bless. Namun, untuk grup di era 1970-an Band yang satu ini bisa dikatakan sebagai satu-satunya band rock Indonesia pada masa itu yang paling tidak suka membawakan lagu-lagu orang lain.

Dengan kata lain Giant Step merupakan band rock yang berani “melawan arus”. Ketika band-band rock pribumi lain gemar membawakan lagu-lagu karya The Beatles, Rolling Stones, Led Zeppelin, Deep Purple, Black Sabbath, atau Grand Funk Railroad, Giant Step justru lebih bangga membawakan lagu-lagu karya mereka sendiri.

“Saat itu membawakan lagu sendiri dianggap aneh,” kata Triawan Munaf, mantan pemain keyboard Giant Step, yang juga sepupu Fariz RM dan ayah kandung penyanyi remaja Sherina. Namun, itulah kelebihan dan sekaligus trademark Giant Step.

Mereka juga termasuk band rock yang lumayan produktif. Setidaknya ada tujuh album yang dihasilkan dalam kurun waktu 1975-1985. Tentu bukan hanya itu, Giant Step pun termasuk dari sedikit band rock pribumi yang berkiblat pada jenis musik progresif (yang pada masa itu lebih sering disebut sebagai art rock) yang diusung grup-grup Inggris, seperti King Crimson, Jethro Tull, Pink Floyd, Gentle Giant, Yes, Genesis, dan ELP (Emerson, Lake, and Palmer).

JIKA The Beatles memiliki “dwitunggal” Paul McCartney dan John Lennon, Stones dengan Mick Jagger dan Keith Richards, atau Zeppelin dengan Robert Plant dan Jimmy Page, Giant Step pun memiliki “dwitunggal” yang bisa dianggap sebagai roh atau nyawa bagi grupnya, yaitu Benny Soebardja dan Albert Warnerin. Benny dan Albert dikenal sebagai pemain gitar dan penulis lagu yang produktif.

Sebagaimana Benny, Albert yang disebut sebut sebagai Jeff Back-nya Indonesia termasuk salah seorang musisi andal asal Kota Kembang itu yang kemampuannya dapat disejajarkan dengan Ian Antono dan Sunatha Tanjung. Di samping gitar, ia juga menguasai beberapa alat musik lainnya, antara lain flute. Albert juga banyak terlibat dalam solo album Benny Soebardja, Superkid dan Iin Parlina.

Setelah mengalami pasang surut ,gonta ganti pemain dan vakum yang lumayan lama pada tahun 1983 mereka bangkit kembali dan manggung dengan band band rock lainnya di panggung musik majalah VISTA di Taman Ria Remaja Senayan dengan formasi: Benny Soebardja, Uce F. Tekol, Albert Warnerin, Triawan Munaf, Erwin Badudu dan Jelly Tobing. Dua tahun kemudian pada bulan Juni mereka merilis album Geregetan (1985).

Di album ini Giant Step tidak lagi sepenuhnya menyajikan warna musik progressive era 1970-an. Apalagi, kata Triawan, “Produsernya minta agar kita memasukkan sebuah lagu unggulan yang komersial.” Toh, waktu itu mereka sempat tampil di TVRI membawakan lagu Geregetan dan Panggilan Jiwa.

Perjalanan Giant Step berakhir setelah mereka ikut tampil di acara demo solo drum Jelly Tobing pada tahun 1992. Berbagai upaya baik itu dari para fans yang cinta pada Gian Step maupun para personilnya untuk menyatukan kembali mereka, namun tak kunjung berhasil. Berita angin mengatakan adanya perselisihan pribadi yang sulit didamaikan antara mantan “dwitunggal” Benny dan Albert Warnerin adalah sebagai salah satu penyebab terjadinya perpecahan ini. Rupanya, fenomena dua tokoh kunci dalam satu band rock yang sulit disatukan kembali, tidak hanya dimonopoli grup-grup dunia seperti Lennon berkonfrontasi dengan McCartney (The Beatles), Roger Waters kontra David Gilmour (Pink Floyd), atau Ian Gillan melawan Ritchie Blackmore (Deep Purple).

Ada berita terbaru (25 April 2007) dari Ali Gunawan, sang raja diraja kolektor dari KPMI bahwa album Giant Step Mark-I dan Giant On The Move akan di release di Jerman oleh Shadocks juga.



Oleh : MH Alfie Syahrine - Dari seri tulisan "Flower Power In Rock" di Music For Life



[endtext]
Kecuali artikel, situs ini tidak menyimpan file Video clip apapun pada server. Kami hanya meng-indeks dan menghubungkannya dengan konten yang disediakan oleh situs lain. Jika Anda ragu atau curiga atas keabsahan isi konten, harap jangan ragu-ragu untuk menghubungi kami DI SINI - Terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))